FORKOWAS.COM, BANDUNG-
Tanggul Sungai Cisunggalah di Kampung Puja RT 03/RW 04 Desa Panyadap Kecamatan Solokanjeruk Kabupaten Bandung yang jebol pada Senin (15/4/2019) dan Selasa (16/4/2019) lalu, akhirnya kembali dibangun secara permanen melalui swadaya masyarakat sekitar.
Pemerintah Desa Panyadap turut memfasilitasi pembangunan tanggul sepanjang 20 meter, lebar 40-60 cm dan tinggi 1,5 meter tersebut.
Pembangunan tanggul Sungai Cisunggalah tersebut menghabiskan anggaran kurang lebih Rp 20 juta.
Sekretaris Desa Panyadap H. Danny Isnendar mengatakan, sebelum dilaksanakan pembangunan tanggul Sungai Cisunggalah, warga korban banjir dari jebolnya tanggul tersebut sempat kebingungan.
"Ada bantuan 15 lembar beronjong dari pihak pengairan. Namun warga kebingungan untuk memanfaatkan besi beronjong tersebut karena harus beli batu belah guna membangun tanggul. Akhirnya warga berembuk dan bermusyawarah sabilulungan untuk membangun tanggul Sungai Cisunggalah," kata Danny kepada wartawan di ruang kerjanya Desa Panyadap, Jumat (26/4/2019) sore.
Atas dasar musyawarah sabilulungan itu, imbuh Danny, sejumlah donatur dan warga setempat swadaya memberikan bantuan untuk pengadaan batu belah, semen dan pasir.
"Sedangkan tenaga pengerjaannya warga setempat, dan swadaya karena mereka tak dibayar. Jadi pembangunan tanggul ini murni swadaya masyarakat," kata Danny.
Sementara, kata Danny, pemerintah Desa Panyadap turut memfasilitasi pembangunan tanggul tersebut karena kondisinya harus segera ada penanganan.
"Pengerjaan tanggul Sungai Cisunggalah itu beberapa hari lalu, dan pengerjaannya selama tiga hari," jelas Danny.
Ia mengatakan, setelah tanggul tersebut rampung dibangun, kini masyarakat yang sebelumnya terdampak tanggul jebol tersebut mulai merasakan kenyamanan.
Sebelumnya, mereka khawatir ketika belum ada pembangunan kembali tanggul melalui swadaya masyarakat.
Sebenarnya, samhung Danny, di sepanjang aliran Sungai Cisunggalah itu ada lima titik tanggul yang rawan jebol disaat aliran air Sungai Cisunggalah mengalir deras dan meluap.
"Kelima titik tanggul yang rawan jebol itu, kondisinya masih berbentuk tanggul tanah dan minim pohon tegakan sebagai pengikat penguat tanggul dari ancaman jebol. Ada pun pohon bambu, hanya sedikit sehingga rawan jebol," keluhnya.
Dikatakan Danny, di lima titik tanggul rawan jebol tersebut, berada di kawasan padat permukiman penduduk.
"Ada sekitar 500 kepala keluarga di lima titik tanggul yang rawan jebol tersebut," jelasnya.
Ia berharap, untuk mencegah ancaman tanggul yang rawan jebol itu, harus ada perhatian dari sejumlah organisasi perangkat daerah atau dinas terkait dalam upaya mengurangi risiko bencana.
"Di lima titik itu harus dibangun tanggul secara permanen. Dengan harapan ada anggaran khusus untuk pembangunan tanggul yang rawan jebol. Minimal, diawali dengan pengerjaan pengerukan aliran Sungai Cisunggalah karena kondisinya dangkal dan sempit. Kedalam aliran Sungai Cisunggalah rata-rata 2 meter dari permukaan tanggul dan lebar 4-5 meter," paparnya.
Danny menuturkan, setiap memasuki musim hujan, warga yang berada di kawasan lima titik tanggul yang rawan jebol itu, selalu siaga karena khawatir ada kwjadian yang tidak diharapkan.
"Sementara untuk pembangunan tanggul Sungai Cisunggalah itu bukan kewenangan desa. Untuk itu, kami berharap kepada pihak yang berwenang untuk menganggarkan pembangunan tanggul di lokasi rawan jebol," harapnya.
Ia berharap, dinas yang berwenang dalam penanganan pembangunan tembok penahan aliran air tersebut turun tangan.
"Mengingat, setiap tahun selalu ada tanggul yang jebol. Menyusul air yang mengalir di Sungai Cisunggalah tambah besar dan rawan jebol," ungkapnya.
Pascakejadian jebolnya tanggul tersebut, warga gotong royong mengumpulkan sampah.
"Sampah menumpuk mencapai sekitar 2 truk. Warga kesulitan membuangnya, sehingga memohon bantuan ke Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung untuk menurunkan armada truk guna membuang sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA)," pungkasnya. (KS)*